Sabtu, 21 Desember 2013

ASUHAN KEBIDANAN II BAYI BARU LAHIR

POKOK BAHASAN :
1. Adaptasi fisiologis BBL terhadap kehidupan luar uterus, 
2. Perlindungan thermal, 
3. Pemeliharaan pernafasan, 
4. Pemotongan tali pusat, 
5. Evaluasi nilai apsgar, 
6. Resusitasi, Bounding Attachment, 
7. Pemberian asi awal, 
8.Pendokumentasian hasil asuhan


PADA AKHIR PEMBELAJARAN MAHASISWA DIHARAPKAN  MAMPU MENJELASKAN :
1. Adaptasi fisiologis BBL terhadap kehidupan luar uterus,
2. Perlindungan thermal,
3. Pemeliharaan pernafasan,
4. Pemotongan tali pusat,
5. Evaluasi nilai apsgar,
6. Resusitasi, 
Bounding Attachment,
7. Pemberian asi awal,
8.Pendokumentasian hasil asuhan


Asuhan neonatal essential, Merupakan pelaksanaan awal BBL (sejak proses persalinan
 sampai kelahiran bayi) meliputi :
- Persalinan bersih dan aman (PI)
- Memulai atau inisiasi pernafasan spontan
- Stabilisasi suhu bayi
- ASI dini dan eksklusif
- Pencegahan infeksi
- Pemberian imunisasi

MEMULAI ATAU INISIASI PERNAFASAN SPONTAN
YAITU :
Begitu bayi lahir, segera dilakukan inisiasi Pernafasan  spontan dengan penilaian awal pada BBL secara tepat dan cepat (0-30 detik), Nilai kondisi BBL dengan 5 pertanyaan : (yang baru 2 pertanyaan)
1. Air ketuban jernih, tidak bercampur mekoneum ?
2. Bayi bernafas spontan ?
3. Kulit bayi kemerahan ?
4. Kekuatan otot bayi cukup ?
5.Bayi lahir aterm ?
Apabila semua pertanyaan jwbnya ” Ya ” maka bayi tersebut dapat segera diberikan kepada ibunya untuk Menciptakan Hubungan  emosional, ð lakukan Asuhan Pada BBL normal, Apabila salah satu/Lebih pertanyaan jwbnya  ” Tidak ”, maka Lakukan langkah awal resusitasi BBL.

Perlindungan thermal
Perlindungan thermal merupakan point penting pada asuhan BBL. Yang Meliputi :
1. Mekanisme kehilangan panas bayi baru lahir
2. Upaya mencegah kehilangan panas
3. Rekomendasi
4. Mengapa manjaga kehangatan bayi begitu penting?
5. Mata rantai kehangatan

Mekanisme kehilangan panas pada BBL:
- Evaporasi Cara kehilangan panas utama karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh bayi tidak segera dikeringkan (setelah bayi dimandikan)
- Konduksi Kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Bayi yang diletakkan diatas permukaan meja, tempat tidur atau permukaan timbangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh akibat proses konduksi.
- Konveksi Kehilangan panas saat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin, bayi yang dilahirkan diruangan yang dingin. Dapat juga karena tiupan kipas angin atau penyejuk ruangan.
- Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan suhu tubuh, dengan cara ini meskipun bayi tidak bersentuhan secara langsung dengan benda dingin tersebut.

UPAYA MENCEGAH KEHILANGAN PANAS :
1. Mengeringkan bayi dengan selimut atau handuk hangat (cegah evaporasi), merangsang taktil dan memulai pernafasan
2. Membungkus bayi terutama kepalanya, dengan selimut bersih, kering dan hangat
3. Anjurkan ibu memeluk dan memberikan ASI, dg kontak kulit  ke kulit, bayi terjaga kehangatannya   
4. Penimbangan setelah bayi memakai baju (cegah konduksi).
5. Mamandikan bayi minimal 6 jam setelah lahir (tunggu sampai suhu tubuh bayi stabil). Untuk mencegah Hypothermi
6. Tempatkan bayi dilingkungan hangat. (rawat gabung) Idealnya Tempatkan bayi dilingkungan hangat. (rawat gabung).

REKOMENDASI :
- Kehilangan panas terbanyak pada menit ke 10-20 post partum (bayi dapat ð penurunan suhu tubuh sekitar 2-4°C)
- Sebelum memandikan, pastikan suhu aksila 36,5 -37,5°C. Jika < 36,5 °C hangatkan kembali dan tunda waktu memandikan hingga suhu tubuh stabil, paling sedikit dilakukan setelah satu jam observasi
- Jangan memandikan bayi yang telah mengalami masalah pernafasan
- Sebelum memandikan bayi, pastikan suhu rungan hangat, siapkan handuk untuk mengeringkan dan menghangatkan bayi.
- Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat, lalu segera keringkan dengan handuk kering, bersih dan hangat
- Ganti handuk basah dan selimut bayi dengan kain hangat bersih dan kering secara longgar
- Tempatkan bayi ditempat tidur sama dengan ibunya, dan dorong untuk memulai pemberian ASI awal.

PENTINGNYA MENJAGA KEHANGATAN BAYI KARENA :
1. Penurunan suhu yang cepat pada BBL dikarenakan ketidakmampuan bayi menghasilkan panas yang cukup untuk mengimbangi kehilangan panas pada proses kelahiran
2. Setiap bayi yang lahir memiliki pengendalian panas yang belum matang
3. Bayi premature tidak memiliki zat lemak yang cukup untuk menghasilkan panas
4. Bayi yang mengalami gawat dingin, suhu 36-36,4 °C akan memerlukan oksigen yang lebih banyak dan menghabiskan cadangan glikogen.

MATA RANTAI KEHANGATAN:
1. Ruang persalinan yang hangat
2. Pengeringan segera
3. Kontak kulit dengan kulit
4. Penyusuan segera
5. Penundaan memandikan dan menimbang
6. Pakaian dan tempat tidur yang cocok
7. Ibu dan bayi bersama (RG)
8. Alat transport yang hangat
9. Bntuan pernafasan yang hangat
10. Pelatihan dan peningkatan kesadaran bagi petugas, keluarga dan masyarakat

MEMULAI PERNAFASAN:
Langkah awal merangsang bayi bernafas :
1. Cegah kehilangan panas
2. Secara perlahan menggosok punggung bayi yang telah dikeringkan
3. Memposisikan bayi dengan baik,letakkan bayi dalam posisi terlentang dengan kepala setengah tengadah atau ekstensi atau sambil mengganjal bahu bayi dengan kain
4. Bersihkan jalan nafas dari mulut kemudian hidung (mencegah dan memastikan tidak terjadi aspirasi saat hidungnya dihisap)

KETENTUAN DALAM MEMBERSIHKAN JALAN NAFAS :
- Bila air ketuban jernih, hisap dengan penghisap De Lee yang telah di DTT atau steril dari mulut kemudian hidung
- Bila air ketuban bercampur mekonium, mulai penghisapan lendir setelah kepala lahir (berhenti sebentar untuk menghisap lendir dimulut kemudian hidung).

MEMULAI PERNAFASAN ;
1. Bila bayi menangis atau sudah bernafas dengan teratur. Warna kulit kemerahan, laksanakan asuhan BBL normal
2. Bila bayi tidak menangis atau megap-mega, warna kulit biru atau pucat, DJJ kurang dari 100x permenit, laksanakan resusitasi.

Rangsangan taktil:
- Jika BBL tidak mulai bernafas memadai, laksanakan rangsangan taktil. Saat melakukan rangsangan taktil, pastikan bayi diletakkan pada posisi yang benar dan jalan nafas telah bersih
- Langkah rangsangan taktil : Dengan lembut gosok punggung, tubuh, kaki dan tangan (Ekstremitas) 1-2 kali, Dengan lembut tepuk telapak kaki bayi (1-2 kali).

NO
BENTUK RANGSANGAN
ALASAN
1.
MENEPUK DADA
TRAUMA DAN CEDERA
2.
MENEKAN RONGGA DADA
FRAKTUR, PNEUMOTHORAK, GAWAT NAFAS DAN KEMATIAN
3.
MENEKAN KEDUA PAHA BAYI KE PERUTNYA
MERUSAK HATI, LIMPA, PERDARAHAN DI DALAM
4.
MENDILATASI SPINGTER ANI
 ROBEK
5.
MENGOMPRES PANAS ATAU DINGIN ATAU MENEMPATKAN BAYI DI AIR PANAS ATAU DINGIN
HYPOTHERMI, LUKA BAKAR
6.
MENGGUNCANG BAYI
KERUSAKAN OTAK
7.
MENIUPKAN O2 ATAU UDARA DINGIN KE TUBUH BAYI
HYPOTHERMI

ASUHAN TALI PUSAT:
1. Menangani tali pusat
2. Mengapa pemberian salep, krim, ramuan, dan pembungkusan tali 
pusat harus dihindari ?



MENANGANI TALI PUSAT:
1. Jangan membungkus pusar bayi/mengoleskan bahan apapun pada puntung tali pusat dan menasehati keluarga untuk tidak melakukan hal tersebut
2. Mengusapkan alcohol atau povidon ioden masih di perbolehkan, asalkan  tali pusat tidak basah/lembab
3. Beri nasehat pada ibu dan keluarga
4. Lipat popok dibawah puntung tali pusat
5. Jika puntung tali pusat kotor, cuci dengan air DTT dan  sabun kemudian keringkan
6. Jika pusar merah dan bernanah, segera cari pertolongan untuk merujuk.


0
1
2
Apperience
Pucat biru
Tubuh kemerahan, tangan kaki biru
Seluruh tubuh kemerahan
Pulse
Tidak terdapat denyut jantung
< 100x permenit
> 100x permenit
Grimnace
Tidak ada respon
Menyeringai
Menangis, batuk atau bersin
Activity
Tangan dan kaki lumpuh
Sedikit gerekan terhadap rangsangan
Gerak aktif, tangan dan kaki gerak
Respiration
Tidak ada nafas atau tangis
Nafas pelan, tidak teratur, merintih
Menangis kuat



Apperience / warna kulit : 

BBL umumnya tungkai berwarna biru dan bagian tubuh lain berwarna merah (nilai apgar 1), terjadi pada hampir 85 % semua BBL normal pada 5 pertama.


Pulse / denyut nadi : 

Dengan stetoskop atau merasakan denyut nadinya dengan jari pada sambungan tali pusat dan kulit, hitung dalam 6 detik dan tambahkan 0 untuk total denyut jantung selama 1 menit


Grimnace / menyeringai : 

Dengan lembut gosoklah secara bolak-balik telapak kaki bayi dengan salah satu jari bidan kemudian amati reaksi wajahnya atau perhatikan saat dilakukan hisapan lendir    


Activity / kegiatan : 

Amati BBL tersebut saat menggerakkan tangan dan kakinya atau tariklah satu tangan atau kakinya menjauh dari tubuhnya, lihat bagaimana gerak tangan dan kakinya sebagai reaksi terhadap rangsangan. Siku dan pinggul BBL yang normal adalah fleksi dengan lutut diposisikan keatas perut.

R
espiration / pernafasan :


1. Lihatlah dada dan perut BBL

2. Upaya nafas adalah nilai apgar yang terpenting nomer 2

3. Tidak ada pernafasan berarti apnoe
4. Tangis yang kuat menunjukkan pernafasan yang baik

PERAWATAN MATA
Teknik pemberian profilaksis mata :
-Cuci tangan
-Jelaskan pada keluarga tentang apa yang akan dilakukan, pastikan pada keluarga obat tersebut menguntungkan bagi bayinya
-Berikan salep atau tetes mata pada satu garis lurus, mulai sudut mata medial (dekat hidung) menuju sudut mata lateral (dekat telinga). Salep yang digunakan adalah Erytromicin 0,5 % atau Tetrasiklin 1 %
-Pastikan ujung mulut tabung salep atau penetes tidak menyentuh mata bayi
-Setelah salep diteteskan, tutuplah mata tersebut perlahan dan sebentar, minta keluarga agar tidak menghapus obat tersebut.

PEMBERIAN ASI AWAL :
1. Pemberian ASI dimulai pada 30 menit setelah kelahiran. Anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk menyusui bayinya segera setelah talipusat diklem dan dipotong
2. Posisikan ibu untuk menyusui
3. Periksalah untuk mengetahui apakah bayi telah dibungkus hangat, apakah bernafas dengan teratur dan tidak menemui kesulitan, apakah sudah menempel pada payudara dengan posisi yang benar, menghadap pada ibu sambil menyusu dengan nyaman.

IKATAN BATIN ANAK
-Perhatikan sampai dimana ibu dan anak membuat ikatan batin
-Proses pengenalan dimulai dari pandangan mata kemudian sentuhan tangan
-Doronglah ikatan batin tersebut melalui penjelasan untuk setiap pertanyaan yang diajukan dan beritau kedua orang tua tersebut bagimana penilaian bidan tentang kondisi bayinya. Misalnya, bayi mungil itu tangisannya keras, bayi laki-laki itu tampaknya senang dengan ASI ibu, lihatlah cara menghisap bayi ibu
-Tahun 1984 ada penilaian tentang perilaku ibu terhadap bayi (Salariya dan Center). Ada 5 faktor yang diobsercasi (FIRST) yaitu Feeding, Interest, Response, Speech and Eye Contack, Touch.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI ORANG TUA-BAYI
-Kurang kasih sayang, jika hal ini dialami oleh ibu akan 

mempengaruhi ibu dalam merawat anaknya





-Disabilitas bayi, misalnya bayi tuli atau bisu
-Penyakit psikologis penggunaan alkohol dan kekerasan pada 

anak, ibu cenderung tidak mampu mengasuh anaknya, bahkan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri








-Alasan personal, social untuk menolak bayinya, hal ini 

disebabkan karena kurangnya dukungan social, keluarga, 
karena kemiskinan dan tidak punya rasa percaya diri untuk
mengasuh bayinya.
-Harapan yang tidak realistis terhadap kemampuan bayinya, 

misalnya bayi harus tidur setiap habis makan terutama 
pada malam hari.

-Ketertarikan maternal pada diri sendiri
-Bayi premature, terutama apabila rawat pisah.

PENATALAKSANAAN ASFIKSIA PADA BBL :
Asfiksia adalah kegagalan memulai dan melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur pada saat BBL atau beberapa saat sesudah BBL. Bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia (Asfiksia primer) atau mungkin dapat bernafas tetapi kemudian mengalami asfiksia beberapa saat setelah bayi lahir (Asfiksia sekunder).

Gejala dan tanda-tanda asfiksia :
1. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap atau pernafasan lambat (< 30 kali permnit)
2. Pernafasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi dada
3. Tangisan lemah atau merintih
4. Warna kulit atau biru
5. Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai
6. Denyut jantung tidak ada atau lambat (Bradycardi, < 100 kali permenit)
 
MEKONEUM PADA CAIRAN KETUBAN
Komplikasi lain yang sering ditemui dan dapat membahayakan kesehatan BBL adalah adanya mekoneum pada cairan ketuban. Sangat sulit mengetahui kapan saat yang tepat terjadinya pengeluaran mekonium. Untuk itu bidan harus siap adanya mekonium, pada cairan ketuban setiap kelahiran. Adanya cairan mekonium pada cairan ketuban mengindikasikan adanya gangguan pada bayi yang berkaitan dengan masalah intrauterin ataupun gangguan respirasi karena aspirasi mekonium setelah bayi lahir.

LANGKAH YANG HARUS DILAKUKAN BIDAN :
- Lakukan penghisapan mulut dan hidung bayi setelah kepala lahir sebelum bahu lahir
- Setelah bayi lahir, lakukan langkah awal resusitasi hingga tahap penilaian bayi :
1. Bila bayi bugar (nafas         spontan, tonus baik dan denyut jantung > 100 permenit         lakukan asuhan normal BBL).


2. Bila tidak terjadi nafas spontan, lakukan penghisapan mulut (dengan membuka mulut lebih lebar) dan lakukan ventilasi.



KRITERIA BIDAN DAPAT MENINGGALKAN IBU DAN BAYI SETELAH 2 JAM PP :
1. Bayi menangis kuat, nafas teratur dan tanpa kesulitan
2. Warna kulti merah muda
3. Suhu aksiler 36,5-37,5 ° C
4. Bayi mampu menyusu dengan baik
5. Tetes mata telah diberikan

TANDA BAHAYA BAYI HARUS SEGERA DIRUJUK :
-Bayi tidak membuat respon terhadap resusitasi, atau masih tetap bernafas tidak teratur, atau
-Bayi dengan Hypothermi, kejang, infeksi berat, ikterus pada hari 1 dan 2, tidak mampu menyusu dengan baik (menghisap ASI), atau b
ayi dengan kelainan kongenital.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar